Simian (Episode 1)

Manusia mana yang ingin memiliki kekuatan super di dunia ini? Tentu saja, banyak. Bayangkan saja, dengan kekuatan macam itu kau bisa melakukan hal-hal hebat yang pada umumnya tidak biasa dilakukan. Kau bisa menolong banyak orang dan menjadi pahlawan. Atau jika hatimu dihuni oleh iblis, kau bisa menjadi seorang penjahat yang akan ditakuti semua orang. Tapi, bagaimana jika kau menjadi dua-duanya?

***

¨Wehehei, ada dua bocah SMA lewat nih,¨ ucap seorang berandal berambut jabrik pada dua remaja SMA di hadapannya.

Bara dan Desi, dua remaja yang baru pulang dari sekolahnya ini dihadang oleh gerombolan berandal berjumlah lima orang di sebuah jalanan sepi tak jauh dari sekolah mereka.

¨Mau apa kalian?¨ Desi memandang berandal-berandal itu penuh waspada.

¨T-Tolong jangan ganggu kami, Bang. Kami cuma mau lewat doang,¨ ujar Bara yang berada di samping Desi. Dia cukup panik melihat gelagat berandal-berandal bertampang sangar itu.

¨Lewat doang Lu bilang? Heh! Lu berdua harus tahu kalau ini daerah kekuasaan gue. Jadi siapa aja yang lewat jalan ini, harus ngasih setoran dulu ke gue, Paham?¨ Berandal berkepala botak yang merupakan sang ketua geng, membentak dengan keras.

¨Cih! Enak aja Lu ngomong! Denger ya, gue gak bakalan sudi ngasih duit ke manusia macem kalian semua!¨ Desi melawan.

¨Kurang ajar! Berani Lu ama kita?¨

¨Gue gak takut ama Lu semua, Kampret. Preman boyband macem kalian, paling beraninya cuma keroyokan.¨

¨Wah, sialan nih cewek. Berani ngeledek kita. Nantang Lu, hah?¨ Bos berandal tersebut geram.

¨Udah, Des. Jangan cari gara-gara ama mereka. Kita bisa dihajar habis-habisan entar.¨ Bara yang khawatir, berusaha menghentikan sikap perlawanan Desi.

¨Ah, Lu. Jadi cowok jangan takut gitu dong, Bar. Kita ini harus berani melawan kriminalitas kayak gini.¨

¨T-Tapi kan, Des...¨

¨Udah, Lu tenang aja. Lu kan tahu gue anak karate. Gue bakal hajar mereka semua. Sebaiknya Lu diam aja di sini. Biar gue yang ngatasi.¨

Desi kemudian maju dan memasang kuda-kuda menantang para berandal itu berkelahi.

¨Ayo, maju satu-satu kalau berani,¨ tantang Desi, penuh keyakinan.

¨Wah, bener-bener nantangin nih cewek. Ayo Plek, habisi dia!¨ Seru berandal berkepala botak itu pada rekannya yang berambut cepak.

¨Oke, Bos.¨

Berandal berambut cepak itu maju mendekati Desi. Dan dengan tampang remeh, dia meledek sekaligus menggertaknya.

¨Hehehe. Ngapain Lu? Udah siap berantem ama gue? Hahaha. Asal Lu tahu aja cewek songong, gue ini orang yang gak akan segan-segan ngebunuh cewek macem L....¨

Belum selesai berandal itu berbicara, tendangan cepat dan keras Desi langsung menghantam wajahnya hingga membuat berandal tersebut terempas ke samping.

¨Banyak ngomong sih Lu. Rasain tuh!¨ Desi meledek dengan puas.

¨Hah? Idung gue berdarah. Idung gue berdarah, Bos!¨ Berandal itu panik melihat darah keluar dari lubang hidungnya.

¨Ah, ini buang-buang waktu aja. Kalian semua hajar aja dia langsung, dan ambil harta bendanya,¨ ujar si bos berandal pada semua anak buahnya di belakang.

¨Baik, Bos.¨

Berandal-berandal itu maju menghampiri Desi.

¨Tuh, kan. Ujung-ujungnya cuma main keroyokan. Oke deh, ayo sini maju semua Lu, preman boyband.¨

Satu per satu berandal tersebut maju menyerang Desi. Dan dengan mudah, gadis tersebut menangkis semua serangan itu, bahkan berhasil memberikan beberapa pukulan pada mereka hingga semua tersungkur.

¨Hahaha. Cuma segitu aja?¨ Desi tertawa puas.

Sang bos berandal yang melihat kekalahan anak buahnya, merasa sangat berang. Dia pun mulai maju dengan wajah murka menghampiri Desi.

¨Brengsek. Gak akan gue ampuni Lu, cewek sialan.¨

¨Hahaha. Mulai maju nih? Ayo deh, gue habisi juga.¨ Desi memasang kuda-kuda lagi. Bersiap untuk melawan si Bos berandal yang menghampiri.

¨Terima nih!¨ Desi melancarkan pukulan cepatnya ke arah wajah si bos berandal yang sudah mendekat. Namun, bos berandal tersebut bergeming.

¨Hahaha, gak kerasa sama sekali nih.¨ Bos berandal itu tertawa geli.

¨Apa?¨ Desi terperangah  melihat serangannya tak mempan. ¨Kalau begitu terima ini.¨

Dilancarkannya kemudian tendangan ke arah alat vital Bos berandal itu kuat-kuat. Dan cukup mencengangkan lagi, pria itu masih bergeming bahkan tak merasa sakit sama sekali.

¨Hahaha, asal Lu tahu, cewek bego. Tubuh gue ini gak akan berpengaruh ama pukulan cewek lembek kayak Lu. Anu gue yang kuat ini juga tahan serangan macam itu. Bahkan, Lu harus tahu, gue ini gak mempan dibacok oleh benda tajam sekalipun, paham Lu?¨ ujar bos berandal tersebut, bangga.

Bos berandal itu kemudian mencengkeram leher Desi kuat-kuat dan mengangkatnya dari aspal hingga merasa tercekik.

¨Sekarang Lu kalah, cewek bego.¨ Bos berandal tersebut tersenyum puas.

¨Hei!¨ Bara yang khawatir melihat temannya diperlakukan seperti itu, sontak berseru pada si Bos berandal. ¨Le-Lepasin temen gue!¨

¨Hah?¨ Bos berandal itu menoleh menatap Bara. ¨Kenapa?¨

¨Tolong lepasin temen gue, Bang. Gue bakal ngasih duit gue ke Abang. Tapi tolong lepasin dia.¨

¨Lepasin? Gak akan. Dia udah ngeledekin gue. Dia harus dapetin pelajaran dulu dari gue. Setidaknya, dia bakal gue lepasin setelah melakukan sesuatu sebagai penebus kesalahan dia. Hahaha.¨ Si Bos berandal kemudian mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Desi. Namun Desi yang merasa jijik, segera meludahi wajah pria tersebut.

¨Cewek sialan!¨ Bos berandal itu kesal mendapat perlakuan buruk tersebut. Segera saja dia melayangkan pukulan keras ke wajah Desi hingga mimisan.

¨Desi!¨ Bara yang terkejut melihat temannya dihajar secara kasar seperti itu, berteriak dengan khawatir.

¨Hentikan, Bang! Kita bakal nyerahin duit kita, beneran. Asal jangan lakuin itu lagi dan lepasin dia, Bang. Kalau perlu, gue bakal ngasih setoran tiap hari ke Abang, asal lepasin temen gue.¨ Bara memohon pada Bos berandal tersebut dengan melas.

¨Gak perlu Lu nyerahin duit Lu dengan sukarela, gue bisa merampasnya sendiri dari Lu. Anak-anak!¨ Semua anak buah berandal yang sempat tersungkur itu bangkit mendengar penggilan sang Bos.

¨Ya, Bos?¨

¨Rampas duit bocah itu, dan hajar dia!¨

¨Oke Bos.¨

Semua anak buah berandal tersebut segera menghampiri Bara dan menghajarnya secara kasar hingga membuatnya tersungkur kesakitan. Mereka kemudian merampas uang, ponsel, serta jam tangan miliknya dengan paksa.

¨Hahaha, mampus Lu. Sekarang giliran Lu, cewek sengak. Gue udah gak punya hasrat lagi sama tampang bonyok Lu itu. Sebaiknya gue habisin Lu sekarang juga, sebagai permintaaan maaf Lu.¨ Bos berandal itu langsung memukul perut Desi hingga muntah darah, lalu mengempasnya ke aspal dengan keras. ¨Mampus Lu!¨

¨Jangaaan!¨ Bara yang khawatir melihat aksi kejam tersebut, sontak berteriak panik.

¨Sekarang mampus Lu. Mampus! Mampus!¨ Bos berandal tersebut tak memedulikan teriakan Bara. Dengan kasar dia injak-injak perut Desi hingga membuatnya tak berkutik kesakitan.

¨Hentikaaan!¨ Bara yang tak tega melihatnya, berteriak semakin lantang. Dia memohon pria tersebut untuk menghentikan aksi kejinya, namun Bos berandal itu masih tak peduli. Dia tetap terus menjejakkan kakinya dengan keras secara bertubi-tubi pada tubuh Desi, hingga membuatnya semakin babak belur.

Bara pun mulai tak tahan melihatnya. Dia segera bangkit dan kemudian berlari ke arah Bos berandal tersebut untuk menghentikan aksi kejamnya.

¨Gue bilang hentikaaan!¨

Secara mengejutkan, Bara memukul wajah Bos berandal itu dengan dahsyat hingga membuatnya terpental jauh dan menabrak sebuah mobil yang terparkir sampai remuk.

¨Bos!¨ Semua anak buah berandal yang menyaksikan hal tersebut terkejut dan berseru panik.

Bara yang masih sangat marah kemudian berlari menghampiri Bos berandal itu. Dan dengan penuh rasa murka, dia memukul wajah pria itu bertubi-tubi dengan kuat hingga membuatnya babak belur serta berdarah-darah.

¨Rasain ini, brengsek!¨

Sampai akhirnya, sebuah pukulan terakhir yang sangat kuat dan penuh emosi, dia hantamkan secara luar biasa hingga menghancurkan tengkorak kepala Bos berandal itu dan memuncratkan banyak darah segar yang membasahi tubuhnya. Bos berandal tersebut pun tewas seketika dengan kondisi mengenaskan.

¨B-Bos?¨ Semua anak buah berandal tersebut tercengang melihatnya.

Desi pun turut terperangah dan tak mampu berkata-kata menyaksikan aksi mengerikan dari sahabatnya tersebut.

¨A-Apa ini?¨ Bara terdiam bingung melihat akibat dari apa yang baru saja dia lakukan.

¨Bos mati, temen-temen. Bos kita yang gak bisa dibacok itu mati,¨ ucap salah seorang berandal dengan wajah pucat.

¨K-Kabur, ayo kabur, sebelum kita ikutan mati kayak si Bos!¨ Salah seorang berandal lainnya berseru dengan ketakutan sembari lari terbirit-birit. Semua berandal lainnya pun ikut berlari pergi meninggalkan tempat tersebut dengan terbirit-birit pula.

¨Ini nggak mungkin. Apa yang sudah gue lakukan? Hah!¨ Bara tampak sangat panik. Dia sontak menjauh dari jasad Bos berandal itu dengan ketakutan.

¨Kenapa dia sampai mati begini? K-Kenapa?¨

Bara seakan tak percaya, dirinya telah melakukan tindakan pembunuhan secara sadis. Meski aksinya tersebut di luar kendali, namun bagaimanapun, dia telah menghilangkan nyawa manusia dengan keji.

¨B-Bara?¨ Desi memanggil nama Bara dengan perasaan gugup.

Bara pun sontak menoleh padanya dengan raut wajah yang pucat.

¨G-Gue, ngebunuh dia Des. Gue ngebunuh orang,¨ ucap Bara, ketakutan.

Desi yang tak tega melihat ekspresi Bara, langsung mendekatinya secara tertatih dan memeluknya.

¨Gue tahu Lu gak bermaksud ngelakuin ini, Bar. Lu anak baik-baik, gue sangat memahami sifat Lu. Lu cuma mau nolongin gue.¨

¨Apa yang harus gue lakukan sekarang, Des? Gue udah ngebunuh orang dengan keji. Gue nggak mau masuk penjara karena ini.¨

¨Tenanglah, Bar. Sebaiknya kita segera pergi dari sini dulu, sebelum ada orang lain yang ngelihat ini.¨

Tanpa banyak pikir lagi, Bara dan Desi langsung bergegas pergi dari sana. Berdua mereka berlari tertatih-tatih sejauh mungkin dari jalanan sepi itu, berharap tidak ada orang lain yang melihat kejadian tersebut.


***

Terus-menerus mereka berlari, hingga akhirnya sampai di sebuah sungai yang berada cukup jauh dari lokasi itu. Mereka duduk berdua di tepi sungai sembari membersihkan noda darah di baju mereka.

¨Gue takut, Des. Gue gak ngerti, kenapa pukulan gue tadi bisa sampai seperti itu. Gue gak ada niat ngebunuh dia. Gue gak mau jadi pembunuh keji seperti ini,¨ ujar Bara masih diliputi rasa cemas.

¨Tenanglah, Bar. Gue tahu kok, Lu gak sengaja,¨ ucap Desi sembari memegang erat lengan Bara. ¨Sekarang yang paling penting kita tenang dulu. Kita pikirin solusi dari masalah ini baik-baik, okay?¨

Bara mengangguk menimpali ujaran Desi.

¨Tapi, gue juga heran. Dari mana Lu memiliki pukulan mematikan seperti itu, Bar?¨ tanya Desi, penasaran.

¨Gue gak tahu, Des. Gue juga seperti nggak sadar melakukan pukulan sedahsyat itu. Gue hanya mukul dia dengan sangat kesel. Tapi gue merasa gak bisa menghentikan emosi gue, seakan adrenalin gue juga sangat-sangat terpacu,¨ terang Bara.

¨Itu aneh. Apa Lu mengalami gangguan saraf?¨

¨Entahlah, Des. Yang jelas sekarang gue bingung harus bagaimana. Gue gak mau ngebuat orang tua gue sedih dan kecewa, mengeahui anaknya telah ngebunuh orang begini. Gue takut, Des.¨

¨Tenang, tenang. Sepertinya gue bisa ngebantu Lu nemuin jawaban dari kekuatan Lu itu.¨

¨Gimana?¨

¨Om gue adalah dokter spesialis fisiologi. Gue rasa dia bisa ngasih tahu apa yang terjadi dengan diri Lu ini.¨

¨Kalau begitu, ayo segera tanyain ke beliau.¨

¨Baiklah, ayo kita pergi ke rumah sakit tempat Om itu gue kerja. Tapi...¨

¨Kenapa?¨

¨Kita gak bisa ketemu Om gue dengan baju berlumur darah begini. Dan kita juga gak bisa pulang dalam keadaan begini.¨

¨Lalu gimana?¨

¨Kita harus beli pakaian dan mandi di pemandian umum dulu.¨

¨Hah? Tapi duit gue udah habis dirampas.¨

¨Tenang, duit gue yang banyak ini kan masih selamat.¨

Bara dan Desi tersenyum. Dengan segera mereka beranjak, berangkat membeli pakaian ganti, dan bersiap untuk menuju rumah sakit tempat paman Desi bekerja.


BERSAMBUNG

(In Syaa Allah, dungakno gak stuck koyok biasane XD)






Komentar

  1. Wahahaha. Lumayan seru ini adu bacotnya. Terus akhirnya beneran beli baju ya? Kebayang aja gimana orang2 ngeliat mereka bercucuran darah di jalan menuju toko baju. Si Desi ini kayaknya tipe courageous rich girl. Overall bisa bikin penasaran kelanjutannya.

    BalasHapus
  2. ternyata benar dugaanku kalo bara bakal masuk awakening mode, kirain bara bakal hilang kesadaran setelah ngamuk, ternyata tidak.
    dari segi gaya bahasa, gak ada yg bisa ku komentari, karna memang aku gak terlalu ngerti masalah gituan. yg penting baca jalan cerita.

    langsung lanjtut ke episode 2

    BalasHapus
  3. wahahaha ,,,, punya ultinya sven ternyata :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamisan #3 Season 3 : Pria Mawar

Kamisan #2 Season 3 : Suamiku